Wereng coklat ( Nilaparvata lugens )

Wereng coklat (Nilaparvata lugens) adalah salah satu hama padi yang paling berbahaya dan merugikan, terutama di Asia Tenggara dan Asia Timur. Serangga kecil ini menghisap cairan tumbuhan dan sekaligus juga menyebarkan beberapa virus (terutama reovirus) yang menyebabkan penyakit tungro). Musuh alaminya berupa kumbang lembing memakan wereng dan anaknya sedangkan sejumlah lebah berperan sebagai pemangsa telurnya. Pemangsa alami ini dapat mengendalikan populasi wereng di bawah batas ambang populasi wereng terutama musim tanam dengan jumlah hama sedikit sehingga mencegah berjangkitnya virus utama.

Wereng coklat (Nilaparvata lugens) adalah salah satu hama padi yang paling berbahaya dan merugikan.

Wereng coklat (Nilaparvata lugens) adalah salah satu hama padi yang paling berbahaya dan merugikan, terutama di Asia Tenggara dan Asia Timur. Serangga kecil ini menghisap cairan tumbuhan dan sekaligus juga menyebarkan beberapa virus (terutama reovirus) yang menyebabkan penyakit tungro). Sebenarnya wereng coklat mempunyai musuh alami berupa kumbang lembing. Kumbang lembing memakan wereng dan anaknya sedangkan sejumlah lebah berperan sebagai pemangsa telurnya. Pemangsa alami ini dapat mengendalikan populasi wereng di bawah batas ambang populasi wereng terutama musim tanam dengan jumlah hama sedikit sehingga mencegah berjangkitnya virus utama.

Telur Nilaparvata lugens biasanya diletakkan secara berkelompok di dalam pangkal pelepah daun padi. Tetapi jika populasinya tinggi, telur akan diletakkan di bagian ujung pelepah dan tulang daun. Telur yang diletakkan jumlahnya beragam. Dalam satu kelompok biasanya ditemukan 3-21 telur. Stadium telur berlangsung selama 7-11 hari dengan rata-rata 9 hari. Nimfa memiliki bentuk tubuh yang mirip dengan imago, kecuali nimfa tidak memiliki sayap. Nimfa mengalami lima kali ganti kulit, dan rata-rata waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan stadium nimfa adalah 12,8 hari. Namun, lama waktu stadium nimfa beragam tergantung dari bentuk imago yang akan muncul. Nimfa dapat berkembang menjadi dua bentuk imago, yaitu makroptera (bersayap panjang) dan brakhiptera (bersayap pendek). Pada umumnya imago brakhiptera memiliki ukuran tubuh yang lebih besar serta memiliki tungkai dan ovipositor yang lebih panjang dibandingkan imago makroptera. Hasil kopulasi antara wereng jantan brakhiptera dengan betina brakhiptera atau betina makroptera dan hasil kopulasi antara jantan makroptera dengan betina brakhiptera atau makroptera pada generasi ke-1 akan menghasilkan jantan makroptera dan brakhiptera dari kedua jenis kelamin. Munculnya betina makroptera pada setiap kombinasi kopulasi terjadi pada generasi ke-2 pada saat kepadatan populasinya cukup tinggi. Pada tanaman yang sudah tua, imago makroptera lebih banyak muncul daripada pada tanaman muda. Selain itu kemunculan imago makroptera juga lebih banyak terjadi pada tanaman yang setengah rusak daripada pada tanaman sehat. Perubahan bentuk sayap sangat penting jika ditinjau dari ketersediaan makanan di laPangan. Pada pertanaman yang telah dipanen, makanan untuk wereng menjadi berkurang sehingga wereng menghadapi katastropi. Sebelum hal tersebut terjadi, biasanya wereng cokelat segera mengubah posisi membentuk wereng makroptera untuk berpindah tempat dan mencari tempat baru yang cocok untuk perkembangannya. Tingkat perkembangan wereng betina brakhiptera dapat dibagi menjadi masa prapeneluran selama 2-8 hari, masa bertelur selama 9-23 hari, dan masa pascapeneluran selama beberapa jam hingga 3 hari. Masa pradewasa berlangsung selama 19-23 hari, sedangkan lama hidup serangga dewasa berkisar antara 20-30 hari (pada tanaman resisten, lama hidup serangga dewasa akan lebih pendek).


Tanaman Inang :

Padi sawah, padi gogo.


Gejala Serangan :

  1. Wereng merusak tanaman padi dengan cara menghisap cairan batang padi dan dapat menularkan virus.
  2. Tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tanaman seperti terbakar.
  3. Tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil.
  4. Wereng hijau menjadi vektor utama penyakit tungro/menthek/penyakit merah.

Biologi Hama :

  1. Wereng coklat dewasa bertelur pada daun.Telur terdiri dari 4 – 10 kelompok telur. Betina bisa bertelur 100 – 500 butir.

2.Siklus hidup wereng adalah 21 – 33 hari.

  1. Ambang ekonomi hama ini adalah 15 ekor per rumpun.
  2. Wereng menyukai pertanaman yang dipupuk Nitrogen tinggi dengan jarak tanam rapat.

Cara Pengendalian :

  1. Menanam varietas tahan wereng, seperti Ciherang, Bondoyudo, Sintanur, IR 48, IR 64.
  2. Pengaturan pola tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun dengan pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup wereng dengan cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1 s/d 2 bulan.
  3. Pengendalian hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng, misalnya laba-laba predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia octomaculata.
  4. Memberikan pupuk K untuk mengurangi kerusakan.
  5. Memonitor populasi hama tiap seminggu sekali dan paling lambat 2 minggu.
  6. Menggunakan Agens Hayati TOP BN (MOSA BN) yang berbahan aktif Beauveria bassiana dan Nomuraea rileyi. Tiap 30 gr dilarutkan dalam 1 tangki isi 14 liter. Penyemrotan saat pembibitan umur 10 hari setelah sebar (HSS), dan tanaman umur 40 hari setelah tanam (HST). Lahan 1000 m2 diperlukan TOP BN (MOSA BN) 100 – 200 gr atau 1 sd 2 sachet.

 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *