Pegendalian hama dan penyakit pada padi secara organik

daftar isi

Kehadiran burung bangau di sawah menandakan ekosistem lahan yang masih bagus

Kehadiran burung bangau di sawah menandakan ekosistem lahan yang masih bagus

Untuk meningkatkan produktivitas panen padi, petani perlu mengenal berbagai hama dan penyakit pada tanaman padi. Penggunaan pestisida kimia yang terus menerus selain berbahaya bagi manusia juga menimbulkan kerusakan lingkungan. Zat-zat kimia berbahaya ini juga turut mematikan berbagai musuh alami dan organisme lain yang dibutuhkan oleh ekosistem di lahan persawahan. Berikut berbagai cara pengendalian hama dan penyakit pada padi secara organik.

Pengendalian Organisme pengganggu pada budidaya Padi, bisa dilakukan sebelum terserang penyakit lakukan perendaman benih sebelum disebar dipesemaian dengan larutan BIO SPF  dengan dosis 10 gram/ 1 sendok dilarutkan dengan 1 liter air agar tanaman lebih kuat dan terlindungi dari penyakit dari awal.

(Lihat : Manfaat Bio-SPF untuk perendaman benih)

Macam-macam hama dan penyakit

Berikut macam-macam hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman padi:

Hama putih (Nymphula depunctalis)

Gejala: Menyerang daun bibit, kerusakan berupa titik-titik yang memanjang sejajar tulang daun, ulat menggulung daun padi.

Pengendalian:

(1) pengaturan air yang baik, penggunaan bibit sehat, melepaskan musuh alami, menggugurkan tabung daun;

(2) menggunakan TOP BN 30 gr untuk dilarutkan dalam 1 tanki isi 14 liter air. Dosis 1000 m2 diperlukan TOP BN 100 – 200 gr. (Lihat : Cara kerja TOP BN)


Padi Thrips (Thrips oryzae)

Gejala: Daun menggulung dan berwarna kuning sampai kemerahan, pertumbuhan bibit terhambat, pada tanaman dewasa gabah tidak berisi.

Pengendalian:

TOP BN 30 gr untuk dilarutkan dalam 1 tanki isi 14 liter air.  Dosis 1000 m2 diperlukan TOP BN 100 – 200 gr. (Lihat : Cara kerja TOP BN)


Wereng penyerang batang padi:

Wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng padi berpunggung putih (Sogatella furcifera) dan  Wereng penyerang daun padi/ wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan N. impicticep). Wereng jenis ini merusak dengan cara mengisap cairan batang padi dan dapat menularkan virus.

Gejala:Tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tanaman seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil.

Pengendalian:

(1) bertanam padi serempak, menggunakan varitas tahan wereng seperti IR 36, IR 48, IR- 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah;

(2) penyemprotan TOP BN 30 gr untuk dilarutkan dalam 1 tanki isi 14 liter air. Dosis 1000 m2 diperlukan TOP BN 100 – 200 gr. (Lihat : Cara kerja TOP BN)


Walang sangit (Leptocoriza oratorius)

Walang sangit menyerang buah padi yang masak susu.

Gejala: Buah hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada daun terdapat bercak bekas isapan dan bulir padi berbintik-bintik hitam.

Pengendalian:

(1) bertanam serempak, peningkatan kebersihan, mengumpulkan dan memusnahkan telur, melepas musuh alami seperti jangkrik, laba-laba;

(2) penyemprotan TOP BN 30 gr untuk dilarutkan dalam 1 tanki isi 14 liter air. Dosis 1000 m2 diperlukan TOP BN 100 – 200 gr. (Lihat : Cara kerja TOP BN)


Kepik hijau (Nezara viridula)

Kepik hijau biasanya menyerang batang dan buah padi.

Gejala: Pada batang tanaman terdapat bekas tusukan, buah padi yang diserang memiliki noda bekas isapan dan pertumbuhan tanaman terganggu.

Pengendalian:

Mengumpulkan dan memusnahkan telur-telurnya, penyemprotan  TOP BN 30 gr untuk dilarutkan dalam 1 tanki isi 14 liter air. . Dosis 1000 m2 diperlukan TOP BN 100 – 200 gr. (Lihat : Cara kerja TOP BN)


Penggerek batang padi

Hama penggerek batang padi ini terdiri atas: penggerek batang padi putih (Tryporhyza innotata), kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan merah jambu (Sesamia inferens). Menyerang batang dan pelepah daun.

Gejala: Pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan mudah dicabut, daun mengering dan seluruh batang kering. Kerusakan pada tanaman muda disebut hama “sundep” dan pada tanaman bunting (pengisian biji) disebut “beluk”.

Pengendalian:

(1) menggunakan varitas tahan, meningkatkan kebersihan lingkungan, menggenangi sawah selama 15 hari setelah panen agar kepompong mati, membakar jerami;

(2) menggunakan TOP BN 30 gr untuk dilarutkan dalam 1 tanki isi 14 liter air.  Dosis 1000 m2 diperlukan TOP BN 100 – 200 gr.

(Lihat : Cara kerja TOP BN)


Hama tikus (Rattus argentiventer)

Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah.

Gejala: Adanya tanaman padi yang roboh pada petak sawah dan pada serangan hebat ditengah petak tidak ada tanaman.

Pengendalian:

Pergiliran tanaman, tanam serempak, sanitasi, gropyokan, melepas musuh alami seperti ular dan burung hantu (tyto alba).

Ternak burung hantu untuk predator tikus secara alami

Ternak burung hantu untuk predator tikus  alami

(Lihat juga : Brotowali mengatasi hama tikus)


Burung

Menyerang  menjelang panen, tangkai buah patah, biji berserakan.

Pengendalian:

Mengusir dengan bunyi-bunyian atau orang-orangan.


Penyakit Bercak daun coklat

Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae.

Gejala: Menyerang pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati.

Pengendalian:

Rendam benih sebelum ditebar dengan BIO SPF

(Lihat : Manfaat BIO-SPF untuk perendaman benih)


Penyakit Blast

Penyebab : jamur Pyricularia oryzae.

Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat pangkal malai membusuk. Pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa.

Pengendalian:

(1) membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandiri, IR-48, IR-36, pemberian pupuk N di saat pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir;

(2) pemberian  SUPER GLIO di awal tanam .

(3) Melakukan pencegahan merendam benih dengan BIO-SPF.

(Lihat : Manfaat BIO-SPF untuk perendaman benih)

Penyakit ini apabila fatal dapat mengurangi produksi padi. Berikut contoh petani padi yang telah mampu meningkatkan produktivitas padinya, tetapi kemudian terkena penyakit blas


Busuk pelepah daun

Penyebab: jamur Rhizoctonia sp.

Gejala : Menyerang daun dan pelepah daun pada tanaman yang telah membentuk anakan. Menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun.

Pengendalian:

(1) menanam padi tahan penyakit

(2) pemberian SUPER GLIO pada saat pembentukan anakan.

(3) Melakukan pencegahan merendam benih dengan BIO-SPF.

(Lihat : Manfaat BIO-SPF untuk perendaman benih)


Penyakit Fusarium

Penyebab: jamur Fusarium moniliforme.

Gejala: menyerang malai dan biji muda  menjadi kecoklatan, daun terkulai, akar membusuk.

Pengendalian:

Merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih + AGRITECH dan disebari SUPER GLIO di lahan.


Penyakit kresek/hawar daun

Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae)

Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat garis-garis di antara tulang daun, garis melepuh dan berisi cairan kehitam-hitaman, daun mengering dan mati.

Pengendalian:

(1) menanam varitas tahan penyakit seperti IR 36, IR 46, Cisadane, Cipunegara, menghindari luka mekanis, sanitasi lingkungan; (2) pengendalian diawal dengan BIO SPF dengan merendam benih dosis 10 gram/1 sendok BIO SPF dalam 1 liter air bersih. (Lihat : Manfaat BIO-SPF untuk perendaman benih)


Penyakit kerdil

Penyebab: virus ditularkan oleh wereng coklat Nilaparvata lugens.

Gejala: menyerang semua bagian tanaman, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau kekuning-kuningan, batang pendek, buku-buku pendek, anakan banyak tetapi kecil.

Pengendalian:

Sulit dilakukan, usaha pencegahan  dengan memusnahkan tanaman yang terserang ada mengendalikan vector dengan TOP BN 30 gr untuk dilarutkan dalam 1 tanki isi 14 liter air. Dosis 1000 m2 diperlukan TOP BN 100 – 200 gr. (Lihat : Cara kerja TOP BN)


Penyakit tungro

Penyebab: virus yang ditularkan oleh wereng hijau Nephotettix impicticeps.

Gejala: menyerang semua bagian tanaman, pertumbuhan tanaman kurang sempurna, daun kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda, malai kecil dan tidak berisi.

Pengendalian:

Menanam padi tahan wereng seperti Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46, IR 42 dan mengendalikan vektor virus dengan TOP BN. TOP BN 30 gr untuk dilarutkan dalam 1 tanki isi 14 liter air. Dosis 1000 m2 diperlukan TOP BN 100 – 200 gr. (Lihat : Cara kerja TOP BN)


Konsultasi dan pertanyaan, silahkan menghubungi tim Agrokompleks MMC!

Bagikan :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *