Hama wereng punggung putih pada padi
Hama Wereng punggung putih ( Sogatella furcifera)
Tanaman Inang :
Padi sawah..
Gejala Serangan :
- Wereng merusak tanaman padi dengan cara menghisap cairan batang padi dan dapat menularkan virus.
- Tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tanaman seperti terbakar (hopper burn)
- Gejala serangan ama seperti serangan wereng coklat.
- Wereng pungung putih biasanya tidak berbahaya karena populasinya rendah, namun pada tahun 2000 dan 2009 terjadi ledakan serangan wereng punggung putih di area persawahan Pantai Utara.
Biologi Hama :
1.Nympha wereng punggung putih berwarna cokat pucat, wereng dewasa putih, abdomen berwarna hitam, kaki coklat oker. Sayap transparan kecoklatan.
2.Ukuran wereng punggung putih panjang 3,5 – 4 mm
- Dewasa hidup 18 – 20 hari. Satu siklus generasi memerlukan waktu 3 – 4 minggu
- Wereng menyukai pertanaman yang dipupuk Nitrogen tinggi dengan jarak tanam rapat.
- Generasi saat terjadinya ledakan populasi wereng punggung putih disebut Generasi 0 (G0) dan setelah 25 – 30 kemudian merupakan Generasi 1. Selanjutnya pada 25 – 30 hari kemudian muncul Generasi 2 (G2).

Cara Pengendalian :
- Menanam varietas tahan wereng, seperti Ciherang, Bondoyudo, Sintanur, IR 48, IR 64.
- Pengaturan pola tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun dengan pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup wereng dengan cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1 s/d 2 bulan.
- Pengendalian hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng, misalnya laba-laba predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia octomaculata.
- Memberikan pupuk K untuk mengurangi kerusakan.
- Memonitor populasi hama tiap seminggu sekali dan paling lambat 2 minggu.
- Menggunakan Agens Hayati MOSA BN yang berbahan aktif Beauveria bassiana dan Nomuraea rileyi. Tiap 30 gr dilarutkan dalam 1 tangki isi 14 liter. Penyemrotan saat pembibitan umur 10 hari setelah sebar (HSS), dan tanaman umur 40 hari setelah tanam (HST). Lahan 1000 m2 diperlukan MOSA BN 100 – 200 gr. Penyemprotan dilakukan pada generasi G 0 atau G1.
Pustaka :
1.Kalshoven, LGE, Pest of Crops in Indonesia, Jakarta, 1981, 701 p, halaman 135.







Kurang klasifikasinya