Penyakit Becak Ungu /Trotol Pada Tanaman Bawang Putih

Mikroskopi Jamur Penyebab Becak Ungu Pada Tanaman Bawang Putih

Mikroskopi Jamur Penyebab Becak Ungu Pada Tanaman Bawang Putih

Nama Penyakit : Becak Ungu (Purpe Blotch) / Trotol

Penyebab Penyakit : Penyakit disebabkan oleh jamur Alternaria porri (Ell.) Cif.

Morfologi Patogen :

Misellium berwarna coklat muda, konidiofor tegak, bersekat, dengan ukuran 50 – 90 x 8 – 9 um.Konidium berbentuk gada terbalik, coklat berukuran 145 – 370 x 16 – 18 um, mempunyai sekat melintang 5 – 10 buah, dan 1 atau lebih sekat membujur. Konidium mempunyai paruh pada ujungnya.Paruh bersekat , panjangnya lebih separo panjang konidium.

Gejala Serangan :

Awalnya terjadi becak kecil pada daun, melekuk,  berwarna putih sampai kelabu. Jika membesar becak tampak bercincin, dan warnanhya agak keunguan. Tepi becak agak kemerahan atau keunguan dan dikeliligi oleh zone kuning, dapat meluas ke atas atau ke bawah.

Pada keadaan lembab becak terutup oleh konidia jamur yang berwrna coklat sampai hitam.

Daur Penyakit :

Patogen bertahan sebagai konidium pada sisa tanaman dari musim ke musim. Di lahan konidium membentuk konidium pada malam hari.Konidium disebarkan oleh angin. Infrksi terjadi mulmelaui luka luka.

Cara Pengendalian : 

  1. Menghindari lahan yang pernah terserang becak ungu/trotol untuk ditanami tanaman yang sama dengan tanaman yang terserang sebelumnya.
  2. Menjaga agar daerah sekitar daun tidak terlalu lembab dengan menjaga jarak tanam.
  3. Mengurangi pemupukan N, karena daun yang kelebihan unsur Nitrogen mudah terserang jamur Alternaria porri.
  4. Aplikasi Agens hayati BIO SPF dengan bahan aktif Pseudomonas fuorescent , Bacillus polymixa, pada media persemaian bibit maupun pada lubang tanam.

BIO SPF 1 sachet isi 100 gr di campur dengan air 200 liter bungga merata. Larutan digunakan untuk menyiram  perakaran tanaman seluas 1000 m2.

Kebutuhan BIO SPF  untuk areal 1000 m2 adalah 1 – 2 sachet  isi 100 gr/sachet.

Pustaka :

  1. , H.(1989), Penyakit Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia, 1989, Gadjahmada University Press, Yogyakarta, 850 hlm , halaman 23.

 

 

 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *