Budidaya Porang (Amarphophallus muelleri Blume) – Bag V – Hama & Penyakit Tanaman pada Porang

Porang merupakan tanaman hutan yang tahan terhadap berbagai serangan penyakitBudidaya Porang akan menghasilkan produk panen yang disukai masyarakat jika tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara terpadu sejak awal tanam untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
  1. Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman.
  2. Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami.
  3. Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
  4. Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama dan penyakit potensial.
  5. Penggunaan pestisida alami yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ma maupun pada tanah.
Penggunaan agens hayati merupakan cara paling populer digunakan pada model budidaya organik. Agens hayati ini merupakan mikroorganisme tertentu yang mempunyai fungsi-fungsi menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman maupun pengendalian OPT (Organisme penggangu Tanaman). Salah satu mirkoorganisme yang sering dimanfaatkan sebagai agens hayati adalah Pseudomonas fluorescent yang ada dalam formulasi BIO-SPF. Agens hayati ini selain dapat mengantisipasi busuk umbi juga dapat berperan membantu dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman. BIO-SPF ini merupakan salah satu formulasi agens hayati yang dibuat dalam bentuk serbuk sehingga mudah diaplikasikan. Formulasi BIO-SPF di pasaran terdapat kemasan 100 gr yang dapat diaplikasikan pada luas lahan 1000m² , sehingga untuk 1 hektarnya diperlukan 10 sachet. Penggunaan formulasi agens hayati BIO-SPF dapat dicampurkan air untuk pengocoran pangkal batang tanaman porang muda. Selain psudomonas flourescent, ada juga Trichoderma sp dan Gliocladium sp . Jenis mikrobia ini mempunyai keunggulan untuk pengendalian berbagai jamur patogen tular tanah, seperti misalnya fusarium. Salah satu agens hayati dipasaran yang mengandung bahan tersebut adalah MOSA GLIO. Formulasi MOSA GLIO juga dikemas dalam bentuk serbuk yang dapat diterapkan dilahan dengan dosis 100 gr x 10 sachet per Ha. Aplikasi MOSA GLIO ini dapat dilakukan dengan 2 cara; yakni dengan cara dikocorkan dan dengan ditebar bersama pupuk kompos/kandang. Pada penanaman budidaya Porang di lahan berpasir, biasanya akan muncul tantangan berupa hama uret/embug/gayas. Jenis ini hama ini akan merusak tanaman dengan cara memakan perakaran tanaman porang muda, sehingga tanaman tidak akan tumbuh sempurna, bahkan bisa mengakibatkan mati.

Hama uret/embug/gayas yang biasanya akan memakan perakaran tanaman muda

Salah satu cara pengendalian hama ini dengan memberikan musuh alami berupa jamur metharizium anisopliae. Di pasaran terdapat MOSA META yang merupakan formulasi pestisida organik dengan bahan metharizium anisopliae yang berupa serbuk. Pengguaan MOSA META ini biasanya dengan cara ditabur atau dikocorkan pada lahan.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *