Penyakit Kudis Pada Kambing
Nama Penyakit : Kudis, scabies, kutu tungau, kutuan, gatal scabies, skabies, gatal kudis, kudisan, kopengan, korengan, koreng
Penyebab : Sarcoptes scabei
Penyakit kudis pada kambing ini disebabkan oleh sejenis tungau Sarcoptes scabei. Tungau ini ukurannya cukup kecil yakni 0,2-0,5 mm. Biasanya menyerang ternak kambing yang tidak pernah dimandikan, disikan atau keadaan kandangnya tidak terawat.
Gejala :
Kambing yang terserang akan terlihat gelisah karena gatal–gatal. Pada bagian yang terinfeksi, biasanya mulai dari kuping dan wajah, permukaan kulitnya memerah, menebal, berkeropeng-keropeng. Bulu-bulunya kemudaina kan rontok, bahkan tubuhnya menjadi kurus.
Bagian yang paling banyak diserang biasanya; muka, telinga, kepala, leher, dan pangkal ekor. Kalau tidak segera diobati, kemungkinan ternak akan mati merana.
Deskripsi :
Kutu/Tungau dewasa berbentuk bulat tanpa mata dengan empat pasang kaki (dua pasang di depan dan dua pasang di belakang). Kutu ini dapat dikenali dengan pengamatan melalui miskroskop berupa bentuk seperti oval, pipih dan cembung seperti dorsal dan banyak duri kutikula. Tidak memiliki sekat-sekat pada cephalothorax atau perut dan permukaan tungau memiliki lipatan ditutupi dengan bulu pendek. Kaki depan berakhir dalam proses tubular yang panjang yang dikenal sebagai pengisap, dan kaki belakangnya berakhir dengan bulu panjang. Jantan memiliki pengisap di semua kaki kecuali pasangan ketiga, yang membedakannya dari betina. Betina memiliki panjang 0,3-0,45 mm (0,012-0,018 in) dan 0,25-0,35 mm (0,0098-0,0138), dan jantan hanya lebih dari setengah ukuran itu.
Serangga Sarcoptes scabiei melewati empat fase dalam siklus hidupnya: telur, larva, nimfa, dan dewasa. Setelah menginfeksi ternak kambing, betina dewasa menggali ke dalam lapisan kulit terluar, tempat ia menyimpan dua atau tiga telur per hari. Telur oval ini panjangnya 0,1-0,15 mm dan menetas sebagai larva dalam 3 sd 4 hari. Betina bertelur mencapai ±30 butir, lalu mati di ujung liang. Setelah telur menetas, larva berkaki enam bermigrasi menuju permukaan kulit untuk melakukan molting (pergantian kulit). Setelah tiga sampai empat hari, larva meranggas, berubah menjadi nimfa berkaki delapan. Bentuk ini berganti kulit menjadi yang kedua kalinya menjadi nimfa yang sedikit lebih besar, sebelum berganti kulit menjadi tungau dewasa. Tungau dewasa kemudian kawin ketika jantan menembus kantung betina. Betina yang hamil kemudian meninggalkan kantong berganti kulit mencari lokasi yang cocok untuk liang permanen. Setelah menemukan tempat yang cocok betina akan memperpanjang liangnya dan bertelur.
Pengendalian :
Kambing yang terserang kudis harus segera diasingkan dan dirawat di tempat yang hangat dengan memberi pakan yang gizinya baik, lalu diobati. Perawatan dilakukan dengan mencukur bulu rambut sekitar luka. Borok-borok luka dibersihkan dengan air hangat dan larutan sabun atau desinfektan.
Selanjutnya, ternak dimandikan dengan air yang telah diberi ramuan pengendali scabies. Setelah dimandikan, ternak dibiarkan di tempat yang terbuka agar bisa berjemur atau berangin-angin. Pengobatan secara teliti dilakukan dengan mengolesi obat luka atau obat kudis di daerah kepala, telinga, sela-sela kaki (karena bibit penyakit bisa jadi bersarang dan bersembunyi di tempat-tempat tersebut). Bisa pada bekas luka-luka ini juga diolesi dengan minyak olive atau minya kelapa VCO. Pengobatan bisa diulangi dengan interval 2 minggu kemudian.
Untuk mencegah terulangnya penyakit ini, kandang harus disemprot dan dibersihakn dengan desinfektan. Usahakan agar disemprot secara merata di kandang.
Masukan Terbaru