Penyakit Layu Fusarium pada Terong / Terung
Penyakit fusarium / layu fusarium pada tanaman terong ini umum ditemui di kalangan petani kita. Penyakit ini biasa menyerang pada saat kelembaban tinggi atau pada saat musim penghujan. Penyakit ini umumnya ditandai dengan tulang-tulang daun yang merunduk seperti terkena panas. Dengan karakteristik daur hidup penyakitnya yang dapat bertahan lama di dalam tanah, penyakit fusarium menjadi salah satu momok bagi petani terong.
Nama Penyakit : Layu Fusarium
Penyebab Penyakit : Penyakit layu Fusarium pada tanaman terong disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum sp melongenae Matuo et Ishigami.
Gejala Serangan :
- Gejala awal ditandai terjadi pucatnya tulang – tulang daun dan diikuti merunduknya tangkai. Akhirnya tanaman menjadi layu secara keseluruhan dan mati.
- Jika pangkal batang atau dikelupas dengan kuku atau pisau akan terlihat suatu cincin coklat dari berkas pembuluh. Jamur berada di dalam pembuluh kayu dan menyebabkan berkas pembuluh terdapat nekrotik berwarna coklat.
Morfologi Patogen :
- Awalnya miselium tidak berwarna, semakin tua warna menjadi krem, akhirnya koloni tampak mempunyai benang benang berwarna oker.
- Pada miselium yang lebih tua terbentuk klamidospora. Jamur membentuk banyak mikrokodidium ber sel 1, tidak berwarna, lonjong atau bulat telur, 6-15 x 2,5 -4um. Makrokonidium lebih jarang terdapat, berbentuk kumparan, tidak berwarna, kebanyakan bersekat dua atau tiga, berukuran 25 -33 x 3,5 -5,5 um.
Daur Penyakit :
Fusarium oxysporum bisa bertahan 3 – 5 tahun di dalam tanah. Tanah yang telah terinfeksi sangat sukar untuk disterilkan dari jamur patogen Fusarium oxysporum..
- Jamur mengadakan infeksnya pada akar, terutama melalui luka luka, lalu menetap dan berkembang di berkas pembuluh. Pengangkutan air dan hara tanah terganggu sehingga tanaman menjadi layu.
- Jamur membentuk polipeptida, yang disebut likomarasmin yang dapat mengganggu permeabilitas membran plasma dari tanaman.
- Jika jaringan pembuluh mati,pada akar yang terinfeksi jamur akan membentuk spora warna putih keunguan yaitu saat udara sekitar lembab.
Cara Pengendalian :
- Menghindari lahan yang pernah terserang layu fusarium untuk ditanami tanaman yang sama dengan tanaman yang terserang sebelumnya.
- Apabila sebelumnya ditanami cabai dan terserang layu fusarium maka untuk berikutnya dianami padi atau palawija seperti kacang tanah, atau kedelai.
- Penggunaan agens hayati yang berbahan aktif Gliocladium sp dan Trichoderma harzianum sangat nyata dalam mengendalikan jamur fusarium ini. Misalnya dengan agens hayati MOSA GLIO. Perlakukan pada pembibitan dan tanaman di lahan dengan MOSA GLIO adalah cara yang efektif dan efisien mengendalikan penyakit layu fusarium pada terong.
Cara aplikasi pertama :
Satu sachet MOSA GLIO isi 100 gr dicampur dengan 50 kg pupuk kandang yang sudah matangkemudian diperam selama satu minggu di tempat yang teduh dan terlindung dari hujan.
Campuran pupuk kandang dengan MOSA GLIO sebanyak 50 kg digunakan untuk 15 tanaman. Campuran pupuk kandang dan MOSA GLIO ditebar disekeliing batang dengan cara membuat paliran tempat menebar kemudian ditutup lagi dengan tanah. Tiap tanaman diberikan 3,3 kg campuran
Cara aplikasi kedua:
Satu sachet MOSA GLIO isi 100 gr dicampur dengan 150 liter air. Larutan 150 liter bisa digunakan untuk 15 tanaman. Tiap batang diberi larutan 10 liter air.
Pengocoran dilakukan merata dari batang sampai radius 1- 2 meter dari batang. Sehingga kebutuhan campuran ini kira-kira 10 liter per batang.
Tindakan pengocoran ini bisa diulangi tiap 4 bulan pada tahun pertama, untuk tahun selanjutnya frekuensi aplikasi bisa dikurangi, karena jamur Trichoderma harzianum dan Gliocladium sp kemungkinan sudah banyak memperbanyak didi di dalam tanah.
Pustaka :
- , H.(1989), Penyakit Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia, 1989, Gadjahmada University Press, Yogyakarta, 850 hlm , halaman 247.
Masukan Terbaru