Budidaya Tebu Metode Pupuk Berimbang – Hasil Maksimal

Budidaya tebu jenis BL-abang

Budidaya tebu jenis BL-abang

Tanaman tebu (Saccharum officinarum ) termasuk tanaman perdu. Tanaman penghasil gula ini merupakan tumbuhan monokotil dari famili rumputrumputan (Gramineae), Batang tanaman tebu memiliki anakan tunas dari pangkal batang yang membentuk rumpun. Tanaman ini memerlukan waktu musim tanam sepanjang 11- 12 bulan.

Tebu merupakan tanaman dataran rendah. Berasal dari daerah tropis basah sebagai tanaman liar dan diperkirakan berasal dari Papua dan mulai dibudidaya sejak 8000 SM. Menyebar seiring migrasi manusia dari Papua ke kepulauan Soloman, New Hibride dan Kaledonia Baru.

klasifikasi tanaman tebu

klasifikasi tanaman tebu

Tebu memiliki perakaran serabut. Batangnya silinder dan beruas-ruas. Batangnya memiliki cincin yang tumbuh melingkar. Selain itu ada bagaian tanaman yang disebut mata. Mata terletak pada bekas pangkal pelepah. Umumnya mata berbentuk oval, memiliki sayap yang berukuran sama lebar atau tidak sama lebar. Daun berbentuk panjang dengan tulang daun sejajar, seperti daun padi. Daun memiliki bulu-bulu yang berfungsi menghalau serangga pengganggu (hama). Warna daun hijau tua atau hijau kekuningan. Lebar daun sekitar 4-7 cm. Biasanya daun-daun yang sudah tua/kering dikelupas (dikletek:Jawa) saat umur ±7 bulan (±4 minggu sebelum panen).

Jenis tebu yang sering ditananam antara lain; POY 3016, PS 865, PS 864, PS 891, PSBM 901, PS 30, PS 41, PS 38, PS 36, PS 8, BZ 132, POJ-2878, BL/Buluh Lawang dan Kidang Kencana.

Varietas tebu pada garis besarnya dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:

  1. Varietas Genjah (masak awal),mencapai masak optimal <12 bulan.
  2. Varietas Sedang (masak tengahan),mencapai masak optimal pada umur 12-14 bulan.
  3. Varietas Dalam (masak akhir),mencapai masak optimal pada umur lebih dari 14 bulan.

Varietas yang diunggulkan saat ini adalah BL, yang mirip dengan varietas POJ-2878. Kedua varietas ini tahan terhadap penyakit mosaik dan tahan blendok, namun BL agak peka poh kabung dan serangan hama penggerek pucuk. Potensi produktivitas varietas BL ini bisa mencapai rata-rata 121,4 kuintal gula per hektar dan hasil tertinggi yang bisa dicapai adalah 169,2 kuintal per hektar.

daur hidup tebu

daur hidup tebu

Iklim dan Keadaan Cuaca

Tebu tumbuh optimal di dataran rendah yang kering dengan ketinggian kurang dari 500 m dpl dan iklim panas yang lembab pada suhu 25-28ºC. Agar menghasilkan kadar gula tinggi, harus diperhatikan musim tanamnya. Saat masih muda, tanaman memerlukan banyak air, sedangkan saat mulai tua memerlukan musim kemarau yang panjang. Tanah yang cocok adalah kering-kering basah, yaitu curah hujan kurang dari 2.000 mm per tahun. Selain itu tebu cocok ditanam pada tanah yang tidak terlalu masam dengan pH di atas 6,5.


Penyediaan Bibit Sebelum Tanam

Ada tiga jenis bibit tebu, yaitu bibit setek pucuk, bibit rayungan dan bibit bonggol. Sebaiknya bibit diseleksi diluar kebun. Bibit stek sebaiknya ditanam berhimpitan agar mendapatkan jumlah anakan semaksimal mungkin.

Bibit tebu diambil dari batang tebu dengan 2-3 mata tunas yang belum tumbuh. Bibit ini disebut juga dengan bibit stek batang/bagal. Selain itu dapat digunakan bibit stek pucuk/top stek, yaitu bibit yang berasal pucuk batang tebu dengan 2 mata atau lebih.

Bibit bisa didapatkan dari :

  • Bibit pucuk

Bibit ini berasal dari pucuk batang tebu giling. Untuk keperluan ini, dipilih tebu yang baik dan sehat serta yang tidak banyak bercampur dengan jenis-jenis tebu lain. Daun kering yang membungkus bibit tidak diklentek/dilepas, karena dapat melindungi mata dari kerusakan.

  • Bibit kebun

Bibit ini merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling. Lokasi kebun pembibitan diusahakan dekat dengan areal tebu giling.

  • Bibit mentah/bibit krecekan

Bibit ini berasal dari tanaman yang berumur 0-7 bulan. Bibit ini dipotong tanpa mengklentek daun pembungkusnya agar mata-mata tunas tidak rusak.

  • Bibit seblangan

Bibit ini diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk mencukupi penyulaman. Bibit yang diambil jika tanaman sudah berumur 16-18 hari atau yang telah bermata tunas dua.

  • Bibit siwilan

Jika tanaman sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati, maka keluarlah tunas-tunas yang disebut siwilan. Siwilan ini bisanya digunakan untuk penyulaman

Beberapa standar kualitas bibit dari varietas unggul antara lain :

Daya kecambah > 90%, segar, tidak berkerut dan tidak kering

Panjang ruas 15-20 cm dan tidak ada gejala hambatan pertumbuhan

Diameter batang > 2 cm dan tidak mengkerut/mengering

Mata tunas masih dorman, segar dan tidak rusak

Primordia akar belum tumbuh dan bebas dari penyakit pembuluh

Kebutuhan bibit tebu per ha antara 60-80 kwintal. Jumlah tersebut kira-kira sama dengan 70.000 bibit stek atau sekitar 10 mata tumbuh per meter persegi.

Sebelum ditanam, rendam bibit tadi campuran AGRITECH + HORTECH + BIO-SPF selama ±15 menit. Dengan perbandingan 5 tutup (50 ml) AGRITECH ditambah 1 tutup (10 ml) HORTECH ditambah 1 sendok (10 gram) BIO-SPF untuk 10 liter air.

Sebelum ditanam bibit perlu diberi perlakuan sebagai berikut :

  • Seleksi bibit untuk memisahkan bibit dari jenis-jenis yang tidak dikehendaki

    agritech dan hortech

    Agritech dan Hortech

  • Sortasi bibit untuk memilih bibit yang sehat dan benar-benar akan tumbuh serta memisahkan bibit bagal yang berasal dari bagian atas, tengah dan bawah.
  • Pemotongan bibit harus menggunakan pisau yang tajam dan bersih setiap 3-4 kali pemotongan pisau sebaiknya dicelupkan kedalam lisol dengan kepekatan 20%.
  • Untuk menjaga bibit bebas dari penyakit, bibit dapat direndam dalam air hangat (50ºC) selama 7 jam.
  • Terakhir, sebelum ditanam, rendam bibit tadi campuran AGRITECH + HORTECH + BIO-SPF selama ±15 menit. Dengan perbandingan 5 tutup (50 ml) AGRITECH ditambah 1 tutup (10 ml) HORTECH ditambah 1 sendok (10 gram) BIO-SPF untuk 10 liter air.

Persiapan lahan

Persiapan lahan terdiri dari beberapa kegiatan: pembersihan lahan, pembajakan pertama, pembajakan kedua, penggaruan, dan pembuatan pengairan.

Pembersihan dan persiapan lahan bertujuan untuk membuat kondisi fisik dan kimia tanah sesuai untuk perkembangan perakaran tanaman tebu.

Pembajakan pertama bertujuan untuk membalik tanah serta memotong sisa-sisa kayu dan vegetasi lain yang masih tertinggal. Pembajakan kedua dilaksanakan tiga minggu setelah pembajakan pertama. Arah bajakan memotong tegak lurus hasil pembajakan pertama dengan kedalaman olah 25 cm. Peralatan yang digunakan adalah disc plow 3-4 disc berdiameter 28 inci dengan traktor 80-90 HP untuk menarik.

Untuk lahan kering / bukan sawah, pembajakan dapat dilakukan sebanyak 3 kali. Arah bajak 45º dari alur tanaman yang dibongkar sehingga meratakan lahan bekas guludan lama. Hal ini juga akan memberikan proses oksidadi dan membusukkan bahan organik yang masih mentah.


Penanaman

Sebelum dilakukan penanaman, disiapkan lubang tanam yang telah dikeringkan (diklantang) terlebih dahulu untuk mengurangi tingkat keasaman tanah. Jika lubang tanam ditumbuhi rumput, sebaiknya disiangi terlebih dahulu. Tanah guludan dimasukkan ke dalam lubang tanam yang telah diberi sedikit air. Kedalaman lubang 35 cm. Sebelum dilakukan penanamn bibit, lubang tanam dibiarkan sehari-semalam.

Bibit yang telah siap tanam ditanam merata pada kairan. Bibit-bibit ditanam dengan cara menidurkannya. Cara menyusun bibit ini disebut over lapping atau double row atau end to end (nguntu walang) dengan posisi mata disamping. Hal ini dimaksudkan agar bila salah satu tunas mati maka tunas di sebelahnya dapat menggantikan.

Bibit yang telah ditanam kemudian ditutup dengan tanah setebal bibit itu sendiri. Akan tetapi bila pada saat tanam curah hujan sangat tinggi, maka bibit sebaiknya ditanam dengan cara baya ngambang atau bibit sedikit terlihat.

Waktu yang paling tepat untuk memulai penanaman tebu adalah saat cuaca cerah. Untuk daerah dengan tipe iklim C dan D menurut Schmidt-Fergusson, atau daerah kering, waktu yang paling tepat untuk menanam tebu adalah pada bulan Oktober sampai Desember. Untuk tipe iklim B atau daerah basah, waktu yang paling tepat untuk bercocok tanam tebu adalah pada awal musim kemarau.

Penanaman pada tebu keprasan/ ratoon

Pada tanaman ratoon, penggarapan tebu keprasan berbeda dengan tebu pertama. Pengeprasan tebu dimaksudkan untuk menumbuhkan kembali bekas tebu yang telah ditebang. Kebun yang akan dikepras harus dibersihkan dahulu dari kotoran-kotoran bekas tebangan yang lalu. Setelah kebun selesai dibersihkan barulah pengeprasan dapat dimulai. Pelaksanaan pengeprasan haruslah dilakukan secara berkelompok dan perpetak.

Pengeprasan jangan dilakukan secara terpencar-pencar karena akan mengakibatkan pertumbuhan tebu tidak merata sehingga penuaannya menjadi tidak merata dan menyulitkan pemilihan dan penebangan tanaman yang akan dipanen. Seminggu setelah dikepras, tanaman diairi dan dilakukan penggarapan (jugaran) sebagai bumbun pertama dan pembersihan rumput-rumputan. Tujuan penggarapan ini adalah memperbaharui akar tua dan akar putus diganti akar muda, sehingga mempercepat pertumbuhan tunas dan anakan. Selain itu tanah menjadi longgar sehingga pupuk akan dengan mudah masuk ke dalam tanah.


Pemeliharaan & Perawatan Tebu

Setelah penanaman, tanaman tebu harus dilanjutkan dengan pemeliharaan agar tumbuh optimal. Berikut beberapa kegiatan pemeliharaan;

Penyiraman/pengairan

Penyiraman tidak boleh berlebihan supaya tidak merusak struktur tanah. Setelah satu hari tidak ada hujan, tanaman segera disiram.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk mengganti bibit tebu yang tidak
tumbuh, baik pada tanaman baru maupun tanaman keprasan,
sehingga nantinya diperoleh populasi tanaman tebu yang optimal.
Untuk bibit stek batang, penyulaman dilakukan ± 2 minggu dan 4 minggu setelah tanam.

Penyulaman dilaksanakan pada baris batang stek 2-3 mata
sebanyak dua potong dan diletakkan pada baris tanaman yang telah
dilubangi sebelumnya. Apabila penyulaman tersebut gagal,
penyulaman ulang harus segera dilaksanakan.

Pembubunan Tanah

Pembubunan dilakukan pada umur 3-4 minggu setelah tanam, yaitu ketika tanaman berdaun 3-4 helai. Pembubunan dilakukan dengan cara membersihkan gulma/rumput-rumputan, membalik guludan, menggemburkan tanah dan menimbun tanaman dengan tanah.

Penimbunan berikutnya dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup besar dengan tinggi mencapai ± 20 cm atau kira-kira umur 2 bulan. Tujuannya agar tidak rusak atau patah sewaktu ditimbun.

Penimbunan ke-3 atau bacar dilakukan umur ± 3 bulan. Semua got diperdalam.

Penggarpuan lahan

Penggarpuan dikerjakan sampai ke pinggir got sehingga air dapat mengalir. Biasanya dikerjakan pada bulan Oktober/November ketika tebu mengalami kekeringan.

Pengkletekan

Pengkletekan (dari istilah jawa ; kletek = mengelupas) yakni kegiatan melepaskan daun kering. Kegiatan ini dapat dilakukan kira-kira 3 kali sebelum gulud akhir, umur ± 7 bulan dan 4 minggu sebelum tebang. Tujuanya salah satunya adalah agar masuknya  sinar matahari dapat lebih optimal sehingga pertumbuhan tebu bisa lebih optimal.


Pemupukan  Tebu

Tujuan pemupukan adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang dibutuhkan oleh tanaman. Dosis pupuk yang digunakan disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah. Untuk itu, perlu dilakukan analisis tanah dan daun secara bertahap.

rekomendasi pemupukan pupuk makro pada tanaman tebu baru

rekomendasi pemupukan tanaman tebu baru

Pada tanaman baru, pemupukan pertama dilakukan saat tanam dengan 1/3 dosis urea, satu dosis SP-36 dan 1/3 dosis KCl (seperti keterangan tabel diatas). Pemupukan kedua diberikan 1-1,5 bulan setelah pemupukan pertama dengan sisa dosis yang ada.

rekomendasi pemupukan pupuk makro pada tanaman tebu keprasan / ratoon

rekomendasi pemupukan pupuk makro pada tanaman tebu keprasan / ratoon

Pada tanaman keprasan, pemupukan pertama dilakukan 2 minggu setelah kepras dengan 1/3 dosis urea, satu dosis SP-36 dan 1/3 dosis KCl (seperti keteranan diatas) . Pemupukan kedua diberikan 6 minggu setelah keprasan dengan sisa dosis yang ada.

Pentingnya Pupuk Organik

Pemupukan dengan pupuk organik perlu dilakukan agar tanaman tebu dapat mendapatkan unsut-unsur mikro yang banyak terdapat pada pupuk organik.

Berikut rekomendasi pemberian pupuk organik dan ZPT (Zat Perangsang tumbuh ) untuk budidaya tebu;

Tabel pemupukan pupuk organik untuk tebu

Tabel pemupukan pupuk organik untuk tebu

Pupuk organik padat MOSA GOLD yang telah dicampur air diemprotkan secara merata dengan dosisi sekitar 1 – 2 botol tiap 1.000m², diaplikasikan dengan 2 pilihan alternatif;

Alternatif 1;

1 botol MOSA GOLD diencerkan dengan 3 liter air dijadikan larutan induk. Selanjutnya, setiap 50 liter air diberi 200 cc larutan induk untuk menyiram juringan/bedengan.

Alternatif 2;

Setiap 1 gembor 10 liter, diberi 1 sendok (10 gr) MOSA GOLD, untuk menyitam 5 sd 10 meter juringan/bedengan.

Pemupukan POC AGRITECH dan ZPT HORTECH, diaplikasikan dengan cara bebarengan agar lebih efisien. Dosis yang diberikan adalah 5 tutup (50 ml) AGRITECH + 1 tutup (10 ml) HORTECH, dicampur dalam 1 tangki semprot 14 liter. Digunakan untuk menyemprot daun. Penyemprotan ini dilakukan pada umur ±1 bulan dan umur ±3 bulan. Dengan dosis tersebut, tiap 1.000m² dibutuhkan masing-masing 1 botol AGRITECH dan HORTECH.

Penyemprotan AGRITECH dan HORTECH akan menyebabkan rendemen dan produksi meningkat. Penyemprotan ini sebaiknya dilakukan pada pagi hari, yakni saat stomata/mulut daun membuka.

Mosa Gold, Agritech, Hortech

Mosa Gold, Agritech, Hortech


Panen

Waktu panen disesuaikan dengan hasil analisis pendahuluan
(tingkat kematangan) tebu/varietas pada umur panen optimum.
Pengaturan panen dimaksudkan agar tebu dapat dipungut secara efisien dan dapat diolah dalam keadaan optimum. Melalui pengaturan panen, penyediaan tebu di pabrik akan dapat berkesinambungan dan dalam jumlah yang sesuai dengan kapasitas pabrik sehingga pengolahan menjadi efisien. Kegiatan panen termasuk dalam tanggung jawab petani, karena petani harus menyerahkan tebu hasil panen untuk ditimbang di pabrik.

Pelaksanaan panen dilakukan pada bulan Mei sampai September, dimana pada musim kering kondisi tebu dalam keadaan optimum dengan tingkat rendemen tertinggi. Penggiliran panen tebu mempertimbangkan tingkat kemasakan tebu dan kemudahan transportasi dari areal tebu ke pabrik. Kegiatan pemanenan meliputi estimasi produksi tebu, analisis tingkat kemasakan, dan tebang angkut.

Estimasi Produksi Tebu

Estimasi produksi tebu diperlukan untuk dapat merencanakan lamanya hari giling yang diperlukan, banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan, serta jumlah bahan pembantu yang harus disediakan.

Estimasi produksi tebu dilakukan dua kali yaitu pada bulan Desember dan Februari. Estimasi dilakukan dengan mengambil sampel tebu dan menghitungnya dengan rumus:

P = jbtpk x jkha x tbt x b-bt

Keterangan :
P = Produksi tebu per hektar
jbtpk = Jumlah batang tebu per meter kairan
jkha = Jumlah kairan per hektar
tbt = Tinggi batang, diukur sampai titik patah (± 30 cm dari pucuk)
Bbt = Bobot batang per m (diperoleh dari data tahun sebelumnya)

Analisis Kemasakan Tebu

Analisis kemasakan tebu dilakukan untuk memperkirakan waktu penebangan tebu yang tepat, sehingga tebu yang akan diolah dalam keadaan optimum. Analisis ini dilakukan secara periodik setiap 2 minggu sejak tanaman berusia 8 bulan, dengan cara membawa sampel tebu di laboratorium (pabrik tebu).

Tebang angkut

Penebangan tebu haruslah memenuhi standar kebersihan
yaitu kotoran seperti daun tebu kering, tanah, dan lainnya tidak boleh lebih besar dari 5%. Untuk tanaman tebu yang hendak dikepras, tebu disisakan di dalam tanah sebatas permukaan tanah asli agar dapat tumbuh tunas.
Bagian pucuk tanaman tebu dibuang karena bagian ini kaya
dengan kandungan asam amino tetapi miskin kandungan gula. Tebu tunas juga dibuang karena kaya kandungan asam organis, gula reduksi dan asam amino akan tetapi miskin kandungan gula.

Pengangkutan ke tempat penggilingan harus dilakukan
sesegera mungkin, sehingga batang tebu dapat sampai di proses
pengolahan (PG) tidak lebih dari 36 jam agar rendemen tidak turun.


Hama dan Penyakit pada Tebu

Berikut beberapa hama dan penyakit utama pada tebu

Hama Penggerek Pucuk (Triporyza vinella F)

Penggerek pucuk menyerang tanaman tebu pada umur 2
minggu sampai umur tebang. Gejala serangan berupa lubang-lubang melintang pada helai daun yang sudah mengembang. Serangan penggerek pucuk pada tanaman yang belum beruas dapat menyebabkan kematian, sedangkan serangan pada tanaman yang beruas akan menyebabkan tumbuhnya siwilan sehinggga rendemen menurun.

Pengendalian :

Dengan pemberian agens hayati TOP BN/ MOSA BN. 1 sachet (100 gr) TOP-BN/MOSA BN diencerkan dengan 50 sd 100 liter ( 1 drum) air, digunakan untuk menyemprot lahan tebu seluas 1.000 m². Larutan ini dapat diberi sedikit molase/tetes tebu sebagai perekat sekaligus bahan organik yang membantu bahan aktif Beuveria bassiana sp dan Noumeria rileyi sp untuk berkembang biak.

Hama Uret (Lepidieta stigma F)

Hama uret berupa larva kumbang terutama dari familia
Melolonthidae dan Rutelidae.

Cara mengatasi hama uret atau embug

hama uret atau embug yang merusak tebu

Uret menyerang perakaran dengan memakan akar, sehinga tanaman tebu menunjukkan gejala seperti kekeringan. Jenis uret yang menyerang tebu di Indonesia antara lain Leucopholis rorida, Psilophis sp. dan Pachnessa nicobarica.

Pengendalian:

Dilakukan dengan pemberian agens hayati SUPERMETA/MOSA META.

Cara I ; 1 sachet (100 gr) SUPERMETA/MOSA META dicampur dengan ± 50 kg / 1 karung pupuk kandang. Dicampur secara merata kemudian diperam/dididamkan ± minggu. Campuran ini adalah sebagai indukan/master. Untuk kemudian disebar secara merata ke lahan seluas 1.000m². Sehingga untuk 1 hektar memerlukan ± 10 sd 15 sachet SUPERMETA/MOSA META. Aplikasi dilakukan pada sore hari.

agens-hayati-mosa-meta-supermeta-yang-terbukti-ampuh-mengendalikan-uret-atau-larva-hama-kumbang-tanduk-pada-sawit

agens hayati super meta/ mosa meta yang terbukti efektif mengendalikan hama uret pada lahan tebu

Cara II; 1 sachet (100 gr) SUPERMETA/MOSA META dilarutkan dengan air 50 sd 100  liter (1 drum) air, kemudian digunakan untuk mengocor lahan 1.000m². Untuk aplikasi ini per 1 hektarnya memerlukan ± 10 sd 15 sachet SUPERMETA/MOSA META. Aplikasi dilakukan pada sore hari.

Hama Penggerek Batang Tebu

Ada beberapa jenis penggerek batang yang menyerang tanaman tebu antara lain penggerek batang bergaris (Proceras sacchariphagus Boyer), penggerek batang berkilat (Chilotraea auricilia Dudg), penggerek batang abu-abu (Eucosma  schista-ceana Sn), penggerek batang kuning (Chilotraea infuscatella Sn), dan penggerek batang jambon (Sesamia inferens Walk). Diantara hama penggerek batang tersebut, penggerek batang bergaris merupakan yang hampir selalu ditemukan di semua kebun tebu.

Salah satu petani yang ikut andil mengaplikasikan TOP BN untuk pengendalian hayati hama wereng

Aplikasikan TOP BN / MOSA BN untuk pengendalian  hama penggerek batang tebu

Serangan penggerek batang pada tanaman tebu muda berumur 3-5 bulan atau kurang dapat menyebabkan kematian tanaman karena titik tumbuhnya mati. Sedangkan serangan pada tanaman tua menyebabkan kerusakan ruas-ruas batang dan
pertumbuhan ruas di atasnya terganggu, sehingga batang menjadi pendek, berat batang turun dan rendemen gula menjadi turun pula. Tingkat serangan hama ini dapat mencapai 25%.

Pengendalian ;

Dengan pemberian agens hayati TOP BN/ MOSA BN. 1 sachet (100 gr) TOP-BN/MOSA BN diencerkan dengan 50 sd 100 liter ( 1 drum) air, digunakan untuk menyemprot lahan tebu seluas 1.000 m². Larutan ini dapat diberi sedikit molase/tetes tebu sebagai perekat sekaligus bahan organik yang membantu bahan aktif Beuveria bassiana sp dan Noumeria rileyi sp untuk berkembang biak.

Penyakit Mosaik

Penyakit ini disebabkan oleh virus. Gejala serangan ditandai
pada daun terdapat noda-noda atau garis-garis berwarna hijau muda, hijau tua, kuning atau klorosis yang sejajar dengan berkas-berkas pembuluh kayu. Gejala ini nampak jelas pada helaian daun muda.
Penyebaran penyakit dibantu oleh serangga vektor yaitu kutu
daun tanaman jagung, Rhopalosiphun maidis.

Pengendalian & Pencegahan
Dengan menanam jenis tebu yang tahan, menghindari
infeksi dengan menggunakan bibit sehat, dan pembersihan
lingkungan kebun tebu.

BIO SPF, bio-spf, bio - spf, harga bio spf, harga bio-spf, harga bio - spf - Tanaman Padi :Blas, BLB, Busuk pelepah Tanaman Cabe : Layu, Antraknosa Tanaman Jagung : Bulai Tanaman Kedelai : Karat daun Bawang merah : Pucuk kering & antraknosa Kubis : Akar gada, busuk erwina

BIO SPF,

Perendaman bibit dengan BIO-SPF. BIO-SPF memiliki fungsi bio-stimulant, bio-protectant dan bio fertilizer, sehingga mampu memberikan kekebalan secara sistemik kepada tanaman tebu.

Penyakit Busuk Akar

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Pythium sp. Penyakit
ini banyak terjadi pada lahan yang drainasenya kurang sempurna.

Akibat serangan maka akar tebu menjadi busuk sehingga tanaman menjadi mati dan tampak layu.

Pengendalian ;

Pengendalian penyakit dilakukan dengan pengelolaan drainase yang baik. Penggunaan agens hayati MOSA GLIO/SUPERGLIO

Cara I ; 1 sachet (100 gr) MOSA GLIO/SUPERGLIO dicampur dengan ± 50 kg / 1 karung pupuk kandang. Dicampur secara merata kemudian diperam/dididamkan ± minggu. Campuran ini adalah sebagai indukan/master. Untuk kemudian disebar secara merata ke lahan seluas 1.000m². Sehingga untuk 1 hektar memerlukan ± 10 sd 15 sachet MOSA GLIO/SUPERGLIO . Aplikasi dilakukan pada sore hari.

sachet mosa glio depan

mosa glio atau superglio

Cara II; 1 sachet (100 gr) MOSA GLIO/SUPERGLIO dilarutkan dengan air 50 sd 100  liter (1 drum) air, kemudian digunakan untuk mengocor lahan 1.000m². Untuk aplikasi ini per 1 hektarnya memerlukan ± 10 sd 15 sachet MOSA GLIO/SUPERGLIO . Aplikasi dilakukan pada sore hari.

Selain itu perendaman bibit dengan BIO-SPF. BIO-SPF memiliki fungsi bio-stimulant, bio-protectant dan bio fertilizer, sehingga mampu memberikan kekebalan secara sistemik kepada tanaman tebu.

Penyakit Blendok

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas
albilineans. Gejala serangan ditandai dengan timbulnya klorosis pada daun yang mengikuti alur pembuluh. Jalur klorosis ini lama-lama menjadi kering. Penyakit blendok terlihat kira-kira 6 minggu hingga 2 bulan setelah tanam. Jika daun terserang berat, seluruh daun bergaris-garis hijau dan putih.
Penularan penyakit terjadi melalui bibit yang berpenyakit
blendok atau melalui pisau pemotong bibit.

Pengendalian & Pencegahan
Dengan menanam jenis tebu yang tahan, menghindari
infeksi dengan menggunakan bibit sehat, dan pembersihan
lingkungan kebun tebu.

Perendaman bibit dengan BIO-SPF. BIO-SPF memiliki fungsi bio-stimulant, bio-protectant dan bio fertilizer, sehingga mampu memberikan kekebalan secara sistemik kepada tanaman tebu.

Penyakit Pokkahbung

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Gibberella
moniliformis. Gejala serangan berupa bintik-bintik klorosis pada
daun terutama pangkal daun, seringkali disertai cacat bentuk
sehingga daun-daun tidak dapat membuka sempurna, ruas-ruas bengkok dan sedikit gepeng. Akibat serangan, pucuk tanaman tebu putus karena busuk.

Pengendalian :

Pengendalian penyakit dilakukan dengan pengelolaan drainase yang baik. Penggunaan agens hayati MOSA GLIO/SUPERGLIO

Cara I ; 1 sachet (100 gr) MOSA GLIO/SUPERGLIO dicampur dengan ± 50 kg / 1 karung pupuk kandang. Dicampur secara merata kemudian diperam/dididamkan ± minggu. Campuran ini adalah sebagai indukan/master. Untuk kemudian disebar secara merata ke lahan seluas 1.000m². Sehingga untuk 1 hektar memerlukan ± 10 sd 15 sachet MOSA GLIO/SUPERGLIO . Aplikasi dilakukan pada sore hari.

Cara II; 1 sachet (100 gr) MOSA GLIO/SUPERGLIO dilarutkan dengan air 50 sd 100  liter (1 drum) air, kemudian digunakan untuk mengocor lahan 1.000m². Untuk aplikasi ini per 1 hektarnya memerlukan ± 10 sd 15 sachet MOSA GLIO/SUPERGLIO . Aplikasi dilakukan pada sore hari.

Selain itu perendaman bibit dengan BIO-SPF. BIO-SPF memiliki fungsi bio-stimulant, bio-protectant dan bio fertilizer, sehingga mampu memberikan kekebalan secara sistemik kepada tanaman tebu.


Kisah sukses

Berikut ini video kisah sukses petani tebu mitra mosa mandiri yang telah menggunakan produk Supermeta /  MOSA META untuk mengendalikan uret/embug/ gayas.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *