Budidaya Pisang Secara Intensif

lahan budidaya pisang

lahan budidaya pisang

Kesenjangan produktivitas tersebut terutama disebabkan teknik budidaya tidak tepat dan tingginya gangguan hama dan penyakit terutama oleh serangan dua penyakit paling berbahaya dan mematikan, yaitu penyakit layu bakteri atau penyakit darah dan penyakit layu Fusarium.

SYARAT TUMBUH

Pisang dapat tumbuh di daerah tropis baik di dataran rendah maupun dataran tinggi dengan ketinggian tidak lebih dari 1.600 m di atas permukaan laut (dpl). Suhu optimum untuk pertumbuhan adalah 27oC, dan suhu maksimumnya 38oC, dengan keasaman tanah (pH) 4,5-7,5. Curah hujan 2000-2500 mm/tahun atau paling tidak 100 mm/bulan. Apabila suatu daerah mempunyai bulan kering berturut-turut melebihi 3 bulan maka tanaman pisang memerlukan tambahan pengairan agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.

Pembibitan

Salah faktor yang mementukan keberhasilan usahatani pisang adalah tersedianya bibit yang berkualitas, yaitu bibit yang bebas hama penyakit dan sehat. Selain itu jumlahnya harus cukup dan jenis pisangnya sesuai dengan yang diinginkan.

Untuk menyediakan bibit pisang adalah dengan memanfaatkan rumpun pisang sehat. Bibit bisa diperoleh dari tunas, anakan, bonggol dan bit yang diperbanyak secara tradisional maupun kultur jaringan. Teknologi perbanyakan dengan kultur jaringan hanya dapat dilakukan oleh

perusahaan besar karena biaya investasi awal yang sangat mahal dan belum dapat memenuhi kebutuhan varietas lokal yang beragam jumlahnya. Sehingga pembibitan secara sederhana dipandang masih layak diterapkan.

Ada 3 macam cara perbanyakan bibit pisang secara sederhana dengan memanfaatkan bagian rumpun pisang.

pembiakan pisang dengan kultur jaringan

Gambar : Bibit pisang dan pembiakan pisang dengan kultur jaringan

Perbanyakan dengan anakan

Bibit pisang yang berasal dari pemisahan anakan untuk langsung ditanam di kebun.

  • Bahan yang paling baik digunakan adalah anakan pedang (tinggi 41-100 cm), daunnya berbentuk seperti pedang dengan ujung runcing. Anakan rebung (20-40 cm) kurang baik jika ditanam langsung karena bonggolnya masih lunak dan belum berdaun sehingga mudah kekeringan. Sedangkan anakan dewasa (tinggi >100 cm) terlalu berat dalam pengangkutan dan kurang tahan terhadap cekaman lingkungan karena telah memiliki daun sempurna.
  • Bibit anakan setelah dipisahkan harus segera ditanam, jika terlambat akan meningkatkan serangan hama penggerek dan kematian di kebun. Apabila pada saat tanam kekurangan air dalam waktu yang cukup lama, bibit akan layu dan mati bagian batangnya, tetapi bonggol yang tertimbun dalam tanah masih mampu untuk tumbuh dan memulai pertumbuhan kembali membentuk bonggol baru diatas bonggol yang lama.
  • Untuk menghindari kejadian tersebut, sebelum menanam anakan dipotong 5 cm diatas leher bonggol dan cara menanamnya ditimbun 5 cm dibawah permukaan tanah.
Gambar 2. Anakan pisang siap tanam

Anakan pisang siap tanam

Perbanyakan dari bit anakan/mini bit

Bahan yang digunakan adalah anakan pisang yang berdiameter 7-12 cm atau tingginya 40-150 cm (anakan pedang sampai anakan dewasa). Pembuatan bit untuk kawasan kelompok tani diperlukan bonggol untuk masing-masing varietas, 650 bonggol akan didapatkan kurang lebih 2.000 bibit dari bit dengan tingkat keberhasilan tumbuh mencapai 80%. Cara membuatnya adalah sebagai berikut :

  • Pemisahan anakan dari rumpun dilakukan dengan hati-hati menggunakan linggis/tembilang bermata lebar, sehingga kondisi bonggol masih utuh. Setiap belahan bonggol (bit) minimum harus memiliki satu mata.
  • Bonggol dibersihkan dari akar dan tanah yang menempel, kemudian dipotong 1 cm diatas leher bonggol. Pada titik tumbuh di pusat bonggol dikorek dengan lebar dan dalam ± 3 cm menggunakan pisau yang runcing.
    Bonggol anakan pisang yang telah dimatikan titik tumbuhnya

    Bonggol anakan pisang yang telah dimatikan titik tumbuhnya

    Tunas yang tumbuh dari bonggol siap dipisahkan

    Tunas yang tumbuh dari bonggol siap dipisahkan

     

  • Rendam dalam air hangat dengan suhu ± 55°C yang telah dicampur BIO-SPF dengan dosis 2 gr (2 sendok teh) per liter air selama 15 menit kemudian ditiriskan.
  • Bit disimpan di tempat teduh selama 24 jam
  • Untuk merangsang munculnya tunas, bonggol di semai dalam bedengan, disusun secara berjajar dengan bagian titik tumbuh tetap mengarah ke atas, masing-masing.
  • Bila tunas telah tumbuh dan telah mempunyai 1-2 lembar daun, bonggol diangkat dari timbunan, kemudian dibelah searah membujur dari permukaan atas bonggol sampai dasar sebanyak tunas yang tumbuh. Bila bonggol terlalu besar dapat dikurangi dengan menipiskan potongan dikiri dan kanan tunas
  • Tunas hasil belahan (bit) disemai di polybag ukuran 20 cm x 30 cm yang berisi media tanam kemudian diletakkan ditempat teduh/naungan.
  • Setelah umur 1 bulan bibit dipindahkan ke tempat terbuka dan siap ditanam ke lapang bila bibit sudah berumur 2 bulan atau hingga berdaun sebanyak 4 helai
  • Perawatan yang utama adalah penyiraman untuk menjaga kelembaban tanah. Pemupukan dilakukan 2 minggu sekali menggunakan Urea 2 gr/lt air dengan cara dikocor.

Bonggol dari tanaman yang sudah dipanen

  • Bonggol diangkat dari tanah dengan hati-hati agar mata tunas tidak rusak. Kemudian dibersihkan dari akar dan tanah yang menempel.
  • Bonggol kemudian dipotong dengan ukuran 10 cm x 10 cm menurut jumlah mata tunas. Kemudian direndam dalam air hangat dengan suhu 55°C yang telah dicampur BIO-SPF dengan dosis 2 gr/lt air selama 15 menit kemudian ditiriskan.
  • Bit setelah ditiriskan kemudian ditanam di polybag ukuran 20 cm x 30 cm yang berisi media tanah dan pupuk kandang 1 : 1. Pupuk kandang tersebut lebih bagus juga diberi MOSA Glio /Superglio, dengan perbandingan 1 sachet MOSA Glio /Superglio dicampur 30 kg pupuk kandang. Campuran tersebut lebih baik lagi diperam/dibiarkan terlebih dahulu sebelum dipergunakan.
  • Setelah ditanam, benih diletakkan pada tempat teduh/naungan selama 1 bulan dan pada bulan kedua diletakkan ditempat terbuka.
  • Perawatan yang diperlukan adalam penyiraman untuk menjaga kelembaban tanah. Pemupukan dapat diberikan melalui pengocoran larutan pupuk urea dengan konsentrasi 2 gr/lt air setiap 2 minggu.
  • Bibit ditanam di kebun pada umur 3-4 bulan setelah semai.
Bonggol pisang setelah panen dan bit hasil pembelahan mata tunas dari bonggol

Bonggol pisang setelah panen dan bit hasil pembelahan mata tunas dari bonggol

 Semaian bit umur 1 bulan

Semaian bit umur 1 bulan

Persiapan lahan

Lahan dibersihkan dari sisa tanaman, kemudian siapkan lubang tanam ukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm sekitar 2 minggu – 1 bulan sebelum tanam agar bibit yang ditanam dapat tumbuh dengan cepat. Tanah lapisan atas dipisah dengan tanah lapisan bawah. Penutupan lubang tanam dilakukan degan memasukkan tanah lapisan bawah terlebih dahulu.

Pembuatan lubang tanam pada budidaya pisang

Pembuatan lubang tanam pada budidaya pisang

Waktu Tanam

Menanam pisang sebaiknya pada awal musim hujan agar terhindar dari kekeringan pada awal pertumbuhan dan masuk musim kemarau buah sudah siap dipanen. Idealnya untuk mendapatkan produksi dan kualitas buah yang baik, penanaman pisang dilakukan 2 tahap (setahun 2 kali) dengan selisih penanaman 6 bulan.

Penanaman pertama menggunakan jarak tanam lebar (misalnya 4 m x 4 m), kemudian penanaman tahap kedua dilakukan diantara jarak tanam yang telah ditanam. Hal ini bertujuan untuk mengatur waktu panen dan pembongkaran tanaman pada tahun ke 5, 9, 13, 17 yang memungkinkan masih adanya panen karena penanaman yang tidak serempak.

Penanaman

Jarak tanam sesuai dengan jenis pisang. Untuk jenis pisang Mas dan Barangan jarak tanam 2 x 2 m. Jenis pisang Ambon, Cavendish, Raja Sereh, dan Raja Nangka 3 x 3 m. Jenis pisang Kepok dan Tanduk 3 x 3 m atau 3 x 3,5 m. Pemberian pupuk kandang pada lubang tanam dilakukan 1-2 minggu sebelum tanam.

Pemupukan

  • Buat campuran pupuk kandang, 1 sachet MOSA Glio /Superglio (MOSA-GLIO) ditambah 25 – 30 kg, kemudian diperam selama 1 minggu.
  • Campuran tersebut dapat ditebar merata dalam tumpukan pupuk kandang. Atau cara kedua dapat ditebar di tiap lubang tamam untuk luasan 1000 meter (kira-kira 40 sd 50 lubang tanam).
  • Lobang tanam diberi pupuk kandang 10 kg/lobang + 10gr (1 sendok) MOSA GOLD.
  • Sedangkan pupuk anorganik yang diberikan adalah 350 kg Urea + 150 kg SP- 36, dan 150 kg KCL per ha/tahun atau 0,233 kg Urea, 0,10 kg SP-36 dan 0,10 kg KCl per tanaman.
  • Untuk tanaman yang baru ditanam diberi 3 kali yaitu ¼ saat tanam dan sisanya dibagi dua umur 3 bulan dan umur 6 bulan. Pupuk diletakkan pada alur dangkal berjarak 60-70 cm dari tanaman dan ditutup tanah. Sedangkan untuk tanaman umur 1 tahun atau lebih pupuk diberikan 2 kali yaitu awal musim hujan dan menjelang akhir musim hujan.

Pemberian Agensia Hayati Antagonis

Untuk pencegahan terhadap serangan penyakit layu, terutama yang disebabkan oleh jamur Fusarium tanaman pisang dapat diberi agensia hayati seperti MOSA Glio/ Superglio yang mengandung bahan aktif; Trichoderma sp. dan Gliocladium sp.

Cara pemberiannya yaitu 1 sachet MOSA Glio/ Superglio (MOSA GLIO) dicampur dengn 25 kg pupuk kandang mentah, diaduk sampai merata. Dibiarkan selama sepekan dan tiap 3 hari diaduk agar udara dapat masuk ke bagian dalam tumpukan pupuk kandang. Untuk pengembangan selanjutnya campuran yang telah dibuat dapat dicampur lagi dengan pupuk kandang sebanyak 500 kg dan dibiarkan selama 2 minggu – 1 bulan ditempat teduh dalam keadaan lembab. Pemberian di lapangan sesuai dengan dosis pupuk kandang yaitu 10 kg/lubang tanam dicampur dengan tanah bekas galian lubang tanam. Pemberian selanjutnya dilakukan pada saat tanaman berumur 3 dan 6 bulan setelah tanam dengan cara menaburkan di sekitar tanaman 0,5 kg /tanaman.

Pemangkasan

Pemangkasan daun yang kering bertujuan untuk pencegahan penularan penyakit, mencegah daun-daun yang tua menutupi anakan dan melindungi buah dari goresan daun.

Pada saat pembungaan setidaknya ada 6-8 daun sehat agar perkembangan buah menjadi maksimal. Setelah pemangkasan bunga jantan sebaiknya tidak dilakukan pemangkasan daun lagi. Daun bekas pangkasan dari tanaman sakit dikumpulkan dan kemudian dibakar, selanjutnya alat pemangkas sterilisasi (dicuci dengan sabun).

Penyiangan

Pengendalian gulma secara mekanis terutama dilakukan pada saat tanaman berumur 1 sampai 5 bulan, terutama 3 bulan pertama harus dilakukan secara intensif. Setelah tanaman berumur 5 bulan pengendalian dapat dukurangi karena kanopi tanaman dapat menekan pertumbuhan gulma. Penyiangan dilakukan dengan selang waktu 2-3 bulan.

Penjarangan Anakan

Penjarangan anakan bertujuan untuk mengurangi jumlah anakan, menjaga jarak tanam dan menjaga agar produksi tidak menurun. Penjarangan anakan dilakukan dengan memelihara 1 tanaman induk (umur 9 bulan), 1 anakan (umur 7 bulan), dan 1 anakan muda (umur 3 bulan), dilakukan rutin setiap 6-8 minggu. Anakan yang dipilih atau disisakan adalah anakan yang terletak pada tempat yang terbuka dan yang terletak diseberangnya.

Perawatan Tandan

Membersihkan daun sekitar tandan terutama daun yang sudah kering. Selain itu membuang buah pisang yang tidak sempurna yang biasanya pada 1-2 sisir terakhir, dan diikuti dengan pemotongan bunga jantan agar buah pada tandan di atasnya dapat tumbuh dengan baik. Kemudian buah dibungkus/dikerodong dengan kantong plastik warna biru ukuran 1 m x 45 cm. Hal ini dilakukan untuk melindungi buah dari kerusakan oleh serangga atau karena gesekan daun. Setelah dibungkus, tandan yang mempunyai masa pembuahan yang sama dapat diberi tanda (misal dengan tali rafia warna yang sama). Hal ini untuk menentukan waktu panen yang tepat sehingga umur dan ukuran buah seragam. Agar tanaman tidak roboh sebelum buah dipanen, maka dapat ditopang dengan bambu atau dengan mengikat pangkal tandan dengan kabel atau tali yang dibentang diantara barisan tanaman pisang.

Pengkerodongan-buah-pisang-dengan-plastik

Pengkerodongan buah pisang dengan plastik

Pembungkusan pisang pada budidaya pisang mas kirana

Pembungkusan pisang pada budidaya pisang mas kirana

Sanitasi Kebun

Sanitasi kebun bertujuan untuk menjaga lingkungan kebun tetap sehat, sehingga pertumbuhan tanaman dapat berlangsung dengan baik. Sanitasi dilakukan 45 hari sekali meliputi kegiatan pembersihan daun kering, penjarangan anakan dan pembuangan sisa tanaman bekas panen


Pengendalian Hama dan Penyakit

Beberapa penyakit utama yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman pisang, diantaranya adalah penyakit layu (layu fusarium dan layu bakteri), bercak daun (Black dan Yellow Sigatoka, penyakit yang disebabkan virus terutama virus kerdil pisang (Banana Bunchy Top Virus/BBTV). Sedangkan hama yang banyak ditemukan adalah ulat penggulung daun (Erionata thrax L.), Penggerek bonggol (Cosmopolites sordidus Germar), Penggerek batang (Odoiporus longicolis (Oliv), thrips (Chaetanaphotrips signipennis) dan burik pada buah (Nacolea octasema)

Penyakit Utama Pisang

  • Penyakit layu

    Penyakit yang paling berbahaya dan mematikan, yaitu penyakit layu bakteri atau penyakit darah yang disebabkan oleh bakteri dan penyakit layu Fusarium atau penyakit Panama yang disebabkan oleh cendawan. Kedua penyakit ini sukar dikendalikan, mudah berpindah dan mampu bertahan di dalam tanah dalam jangka waktu yang cukup lama.

    Perbedaan gejala serangan 2 jenis penyakit layu ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel perbedaan penyakit layu fusarium dengan layu bakteri pada tanaman pisang

Tabel perbedaan penyakit layu fusarium dengan layu bakteri pada tanaman pisang

Pengendalian penyakit layu Fusarium:

Penggunaan bibit bebas penyakit yaitu bibit diambil dari lahan yang diyakini benar-benar bebas dari penyakit layu Fusarium (FOC). Bibit pisang yang berasal dari kultur jaringan adalah salah satu bibit pisang yang bebas penyakit. Namun bibit bebas penyakit ini hanya dapat bertahan bila pada lahan tidak ada bibit penyakit layu Fusarium.

  • Melakukan pergiliran tanaman
  • Melakukan sanitasi lahan, yaitu membersihkan gulma seperti rumput teki dan bayam-bayaman, gulma tersebut merupakan inang sementara bibit penyakit layu Fusarium (FOC).
  • Pemakaian agensia hayati: MOSA Glio /Superglio (MOSA GLIO) dan BIO-SPF. Pada prinsipnya penggunaan agensia hayati masih bersifat pencegahan. Agensia hayati digunakan pada saat tanam atau dimasukkan pada lubang tanam.
  • Jangan membawa atau memindahkan bahan tanaman (bibit pisang) dari lokasi yang telah terserang ke lokasi/daerah yang masih bebas penyakit.
    sachet mosa glio depan

    Mosa glio – agens hayati fungisida organik untuk proteksi tanaman pisang dari jamur patogen penyebab layu.


Pengendalian penyakit layu bakteri
  • Gunakan bibit sehat: Sama prosedurnya dengan persiapan bibit sehat untuk mengendalikan penyakit layu fusarium
  • Perendaman bibit dengan BIO-SPF.
  • Lakukan sanitasi lahan yaitu disarankan tidak melakukan tumpang sari atau menanam pisang di lahan bekas pertanaman tomat, jahe, terung, rimbang/tekokak, meniran, leunca dan kelompok tomat-tomatan lainnya. Tanaman-tanaman tersebut diduga menjadi inang sementara bakteri R solanacearum.
  • Membuat drainase di kebun
  • Pengendalian serangga penular: Basmi serangga ulat penggulung daun Erionata thrax L, pembasmian dapat dilakukan secara mekanis. Serangga lainnya yang diduga sebagai perantara adalah Chloropidae, Platypezidae dan Drosophilidae.
  • Pemakain jenis pisang tahan: Pisang Raja Kinalun dengan nama lokal pisang Perancis, atau pisang Sepatu Amora yaitu sejenis pisang kepok yang tidak mempunyai jantung, sehingga terhindar dari penyakit layu bakteri yang disebarkan oleh serangga.
  • Pembungkusan buah dengan plastik transparan untuk menghalangi kedatangan serangga penular. Dilakukan saat keluar jantung atau paling lama saat sisir pertama muncul.
  • Jangan membawa atau memindahkan bahan tanaman (bibit) dari lokasi yang telah terserang ke lokasi/daerah yang masih bebas penyakit.
ciri khas tanaman pisang yang terkena penyakit layu fusarium

ciri khas tanaman pisang yang terkena penyakit layu fusarium

ciri-ciri-tanaman-pisang-terkena-penyakit-layu-bakteri-atau-penyakit-darah

ciri-ciri tanaman pisang terkena penyakit layu bakteri atau penyakit darah pada bagian buah

Ciri-ciri bonggol pisang terkena penyakit layu bakteri atau penyakit darah

Ciri-ciri bonggol pisang terkena penyakit layu bakteri atau penyakit darah


  • Penyakit bercak daun sigatoka

    Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Mycosphaerella musicola. Penyakit ini menyebabkan permukaan daun menjadi rusak dan mati sehingga menggangu proses fotosintesa (pemasakan makanan di daun), akibatnya produksi (kualitas dan kuantitas) menjadi menurun, buah masak sebelum waktunya, bahkan pada serangan berat mengakibatkan kematian tanaman.

    Gejala awal penyakit terlihat pada daun ketiga atau keempat, berupa bercak kecil berwarna kuning pucat. Bercak atau garis-garis ini makin lama makin membesar dan memanjang sehingga membentuk bercak bulat telur dengan pusat mengering berwarna abu-abu. Pada tanaman muda biasanya ukuran bercak lebih lebar dibanding tanaman yang sudah tua. Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain jenis pisang, umur tanaman, faktor iklim dan lain-lain. Jenis pisang komersial yang mudah terserang antara lain: kelompok Ambon (Cavendish dan Gross Michell), Mas, Barangan dan Raja sere. Kondisi lingkungan yang baik untuk perkembangan penyakit yaitu pada musim hujan.

Ciri ciri daun pisang terkena penyakit sigatoka

Ciri ciri daun pisang terkena penyakit sigatoka

Cara pengendalian bercak daun:
  • Perendaman bibit dengan BIO-SPF.
  • mengatur jarak tanam jangan terlalu rapat untuk mengurangi kelembaban, pemangkasan daun tua yang terserang, membuang/ membakar serasah daun-daun yang terserang, penyemprotan fungisida sistemik berbahan aktif Benzimidazole dan Dithiocarbamate

    BIO SPF, bio-spf, bio - spf, harga bio spf, harga bio-spf, harga bio - spf - Tanaman Padi :Blas, BLB, Busuk pelepah Tanaman Cabe : Layu, Antraknosa Tanaman Jagung : Bulai Tanaman Kedelai : Karat daun Bawang merah : Pucuk kering & antraknosa Kubis : Akar gada, busuk erwina

    BIO SPF, agens hayati multi proteksi dan nutrisi bagi tanaman pisang

  • Penyakit kerdil pisang (Banana Bunchy Top Virus/BBTV)

    Penyakit kerdil pisang adalah penyakit virus yang paling berbahaya pada tanaman pisang. Di Indonesia, penyakit ini juga telah menyerang pada beberapa daerah seperti Jawa Barat, Lampung, Irian Jaya, Jambi dan Sumatera Barat.

    Gejala awal dari penyakit ini sulit terdeteksi. Serangan lanjut terlihat dengan gejala kerdil, pemendekan ruas daun dengan daun-daun yang menyempit dan tegak, tepi daun biasanya menggulung dengan warna kekuningan. Sering dijumpai garis-garis hijau gelap pada tulang daun dan tangkai daun dan selanjutnya meluas ke arah batang semu. Gejala bercak hijau gelap sepanjang tulang daun akan kelihatan jelas pada permukaan bawah daun apabila dilihat ke arah cahaya.

    Penyakit secara lokal ditularkan oleh kutu daun (Pentalonia negronervosa) yang tersebar pada tanaman sakit maupun pada tanaman sehat. Kutu ini biasanya tampak pada pangkal batang semu di permukaan tanah, diantara pelepah daun, juga pada anakan muda yang baru muncul di permukaan tanah. Pada kondisi lingkungan yang cocok, kutu daun juga ditemukan pada puncakbatang semu, berkelompok di sekitar leher daun dan pangkal tangkai daun. Embun madu yang dihasilkan kutu akan menarik semut untuk datang, sehingga kehadiran semut merupakan awal terdapatnya kutu daun. Penyebaran jarak jauh biasanya terjadi melalui perpindahan bibit.

    Cara pengendalian penyakit kerdil pisang;
  • Menanam bibit yang sehat,
  • sanitasi kebun,
  • pengendalian serangga penular, bisa dengan menggunakan insektisida organic organik TOP-BN (MOSA BN)
  • pembongkaran rumpun yang sakit.
  • Perendaman bibit dengan BIO-SPF
Tanaman pisang yang terkena penyakit kerdil

Tanaman pisang yang terkena penyakit kerdil


Hama Utama Pisang

  • Penggerek bonggol (Cosmopolites sordidus Germar)

    Larvanya membuat terowongan pada bonggol pisang yang merupakan tempat masuknya bibit penyakit lain seperti Fusarium. Kerusakan berakibat lemahnya sistem perakaran dan transportasi makanan terhenti. Gejala serangan terlihat daun menguning dan ukuran tandan berkurang sehingga produksi menurun.

    Cara pengendalian penggerek bonggol

    Yaitu dengan sanitasi lingkungan, menangkap kumbang dewasa dengan perangkap yang terbuat dari bonggol pisang, menggunakan musuh alami dan insektisida organik TOP BN /MOSA BN.

  • Ulat penggulung daun (Erionata thrax L.)

    Larva yang baru menetas memakan daun pisang dengan membuat gulungan daun. Seluruh siklus hidupnya terjadi di dalam gulungan daun.

    Cara pengendalian ulat penggulung daun;

Pengendalian ulat penggulung daun dapat dengan cara mekanis, yakni dengan memangkas daun yang terserang kemudian dibakar. cara lainnya dengan cara agensia hayati melalui penyemprotan TOP-BN (MOSA BN) untuk penyencegahan.

  • Penggerek batang (Odoiporus longicolis (Oliv)

    Kerusakan akibat hama ini ditandai dengan adanya lubang di sepanjang batang semu.

Cara pengendalian

Dengan sanitasi kebun, menggunakan musuh alami Plaesius javanicus dan penggunaan insektisida organic TOP-BN yang mengandung Beauveria bassiana sp dan Noumeria rileyi sp.

Batang tanaman pisang yang terkena hama penggerek batang

Batang tanaman pisang yang dierang hama penggerek batang


  • Thrips (Chaetanaphotrips signipennis)

    Hama ini menyerang bunga dan buah muda, akibatnya terdapat bintik-bintik dan goresan pada kulit buah yang telah tua.

    Cara pengendalian thrips :

    Pengendalian hama Thrips ini dengan membungkus tandan buah saat bunga akan mekar dan penyaputan tangkai tandan dengan larutan TOP-BN (MOSA BN). 10gr/ 1sendok the dicampur air 1 liter.

    TOP BN - Agens Hayati, Pengendali Hama Organik, Anti Walang Sangit dan Serangga Terbang

    TOP BN – Agens Hayati, Pengendali Hama Organik,


  • Burik pada buah (Nacolea octasema)

    Serangan menyebabkan perkembangan buah menjadi terhambat, menimbulkan kudis pada buah sehingga menurunkan kualitas buah. Hama ini meletakkan telurnya diantara pelepah bunga segera setelah bunga muncul dari tanaman pisang. Hama langsung menggerek pelepah bunga dan bakal buah, terutama saat buah masih dilindungi oleh pelepah buah.

    Cara pengendalian burik pada buah ;
  • Pembungkusan tandan buah saat bunga akan mekar.
  • penyemprotan denganTOP-BN (MOSA BN) 30gr dicampur dalam tangki air isi 14 liter. Cukup untuk memyemprot luasan lahan 1000 meter (sekitar 40 – 50 tanaman pisang)
Hama yang menyebabkan burik buah pada tanaman pisang

Hama yang menyebabkan burik buah pada tanaman pisang

Telur Nacolea octasema pada pelepah bunga pada tanaman pisang

Telur Nacolea octasema pada pelepah bunga pada tanaman pisang


PANEN DAN PASCA PANEN

Panen

Buah pisang yang akan dipanen disesuaikan dengan tujuannya. Untuk tujuan konsumsi lokal atau keluarga, panen dilakukan setelah buah tua atau bahkan sudah ada yang masak di pohon. Sedangkan untuk ekspor, pisang dipanen tidak terlalu tua (derajat ketuaan 75-85%)), tetapi sudah masak fisiologis (kadar patinya sudah maksimum). Pada

keadaan ini kualitas buah cukup baik dan mempunyai daya simpan cukup lama.

Waktu panen buah pisang dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan menghitung jumlah hari dari bunga mekar sampai siap dipanen atau dengan melihat bentuk buah. Buah yang tua biasanya sudut buah tumpul dan membulat, daun bendera mulai mengering, bekas putik bunga mudah patah

Tabel 2. Umur panen dan kandungan kimia beberapa jenis pisang

Umur panen dan kandungan kimia beberapa jenis pisang

Sumber: Murtiningsih, dkk. (1990)

Cara pemanenan yaitu batang pisang dipotong kirakira setengah diameter batang pada ketinggian 1 m dari permukaan tanah. Tandan buah ditahan agar tidak jatuh ke tanah kemudian dipotong.

Penanganan Pasca Panen:

  • Sisir pisang dipotong dari tandannya.
  • Sisir pisang diseleksi dan dicuci dari kotoran dan getahnya serta dilakukan seleksi buah.
  • Sisir pisang disusun pada rak terbuka lalu dikeringanginkan.
  • Sisir pisang dikemas pada kotak karton per 15 kg (3-5 sisir ukuran besar atau 6-9 sisir ukuran kecil).

 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *