Budidaya Indigofera sebagai alternatif pakan ternak

Liputan6.com, Jakarta Pakan merupakan komponen penting dalam sistem produksi ternak, karena berkontribusi langsung hingga 70% total terhadap biaya produksi.

Tingginya biaya produksi ternak merupakan akibat sistem penyediaan pakan yang tidak efisien dan mengandalkan pakan konsentrat yang berasal dari biji2an, serealia dan limbah agro industri, yang saat ini penggunaannya semakin luas bukan saja untuk pakan tapi industri lainnya. Konsentrat ini semakin hari semakin mahal dan relatif sulit terjangkau oleh peternakan rakyat.

Sejak tahun 2009, Institut Pertanian Bogor melalui penelitinya, Prof. Luki Abdullah telah mengembangkan konsep baru pakan yang diberi nama Konsentrat Hijau berbasis Indigofera.

Konsentrat Hijau diartikan sebagai bahan pakan atau pakan baik tunggal maupun campuran yang memiliki nilai gizi tinggi yang berasal dari hijauan pakan. Indigofera Zollingeriana merupakan tanaman legum yang memiliki kandungan protein tinggi 25-31%, TDN minimal 70% dengan tingkat kecernaan bahan kering 75-78%.

Tanaman ini mudah dibudidayakan dan dapat tumbuh dengan baik hingga ketinggian 1200 m di atas permukaan laut, mudah menghasilkan benih sehingga mudah diperbanyak, tahan terhadap kekeringan, memiliki perakaran dalam dan dapat mempertahankan kesuburan sehingga sangat cocok untuk konservasi lahan, cepat dipanen sejak tanam hanya 4 bulan.

Selain itu Indigofera juga dapat dipanen setiap 40-60 hari sekali, produksi hijauan segar tinggi 10-20 ton per panen, dapat digunakan untuk berbagai ternak sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, kelinci dan unggas, sangat baik untuk meningkatkan produksi dan kualitas daging, telur dan susu, serta menghasilkan produk pangan hewani yang sehat karena rendah kolesterol dan kandungan vitamin lebih tinggi.

Saat ini Indigofera telah banyak dikembangkan diberbagai wilayah di Indonesia. Khusus di Jawa Barat Indigofera sudah ditanam oleh masyarakat sekitar 110 ha tersebar di Bogor, Cianjur, Garut, Kuningan, Bandung Barat.

Penggunaan konsentrat hijau berbahan Indigofera cepat merebak di tanah air karena peternak sudah merasakan manfaatnya terhadap produksi dan penghematan biaya pakan hingga 41%. Selain itu Indigofera juga dapat menjadi lapangan kerja baru bagi petani dan peternak yang dapat meningkatkan pendapatan.

Saat ini kondisi di lapangan menunjukkan bahwa Indigofera dapat mampu memberikan penghasilan berkisar Rp. 2,8- 3,6juta/ha/bulan dari usaha hijauannya. Selain itu usaha pembibitan dan produksi benih Indigofera juga menjadi usaha baru yang menggiurkan, mengingat harga bibit yang lumayan ekonomis dan diperlukan dalam jumlah banyak.

Berdasarkan market scan yang dilakukan oleh Prof Luki dan Tim IPB tahun 2015 lalu menunjukkan tingginya animo pelaku usaha peternakan terhadap Konsentrat Hijau Indigofera, dengan persepsi meningkatkan atau mempertahankan produksi dengan biaya pakan lebih murah.

Prof Luki dan tim telah mensosialisasikan inovasinya ini sejak tahun 2012 dan membangun konsumen konsentrat hijau di Jawa Timur, Lampung dan Jawa Barat melalui program Riset Andalan Perguruan Tinggi dan Industri (RAPID), yang didukung oleh Ditjen Pendidikan Tinggi dan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Potensi Pasar Indigofera

Potensi pasar konsentrat hijau Indigofera per bulan di Jawa Barat berdasarkan market scan sangat tinggi, yaitu untuk sapi potong 11 ribu ton, sapi perah 6 ribu ton, kambing dan domba 9 ribu ton, unggas 4 ribu ton.

Tantangan terbesar dalam mengembangkan konsentrat hijau berbasis Indigofera adalah ketersediaan lahan. Oleh karena itu aksi multi pihak telah dikonsolidasikan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Asisten Daerah bidang Ekonomi, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan dan BP3IPTEK yang bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor untuk mengupayakan pengembangan konsentrat hijau Indigofera.

Upaya melibatkan BUMN dan BUMD yaitu Perhutani, PTPN, Grojabar dan BJB telah dilakukan dalam berbagai forum dan rencana aksi.

Luki berharap bahwa kedepan konsentrat hijau dapat dikembangkan menjadi Industri berbasis komunitas yang dapat menyerap tenaga kerja dan mendukung usaha peternakan di Indonesia. Luki juga berharap agar Jawa Barat menjadi salah satu provinsi pelopor pakan murah di Indonesia.

Gendir merupakan gerakan rakyat Jabar untuk menanam Indigofera. Penanaman dapat dilakukan di halaman rumah, di pinggir jalan, dan lahan- lahan kosong.

Melalui Gerakan Indigofera ini diharapkan dapat menjadi Gerakan serempak menanam dan mengembangkan Indigofera sebagai sumber pakan ternak berupa konsentrat hijauan pakan ternak yang murah dan berkualitas.

Selengkapnya simak infografis keunggulan Indigofera berikut ini :

sumber : news.liputan6.com 21 oktober 2016

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *